Oleh : Idat Mustari
SATUNEWS.ID,|| Boleh jadi bagi sebagian umat Islam menganggap tanggal 27 Juni 2025 adalah tanggal merah biasa yang menandakan hari libur nasional. Tanda tidak pergi ke kantor, tanda bisa liburan. Yang biasanya tempat wisata akan ramai banyak dikunjungi orang, sebab masuk dalam status cuti bersama, meskipun tidak termasuk cuti bersama resmi, namun berpotensi menjadi long weekend. Karena jatuh pada hari Jumat, masyarakat Indonesia berpeluang menikmati long weekend dari Jumat hingga Minggu (27–29 Juni 2025).
Padahal tanggal 27 Juni 2025 bukan hari libur biasa bagi umat Islam, karena bertepatan dengan tahun baru Islam 1 Muharam 1447 Hijriah. Memang kita bisa merasakan bedanya peristiwa penyambutan tahun baru Masehi dan tahun baru Islam (Hijriah).
Tahun baru Islam disambut biasa-biasa saja, jauh dari suasana meriah, tidak seperti tahun baru Masehi yang disambut meriah termasuk oleh masyarakat muslim sendiri. Maka jarang sekali kita menerima kiriman ucapan selamat menyambut tahun baru seperti datangnya tahun baru masehi dari orang lain, dan atau kita ke orang lain.
Meskipun penyambutan tahun baru Islam tidak semarak, seperti penyambutan tahun baru masehi, yang tidak sedikit menjadikan moment pergantian tahun Masehi dengan hura-hura semalam suntuk hingga terbit matahari, yang bukannya untuk mendekatkan diri–memohon ampun kepada Allah SWT, tapi malah sebaliknya, mengatas namakan kegembiraan diisi oleh acara yang semakin menjauhkan diri dengan Allah.
Tidak masalah jika penyambutan tahun baru Islam tidak semarak seperti menyambut tahun baru Masehi. Sebab ada yang lebih penting dari sekedar keramaian dalam penyambutannya tetapi sebaliknya keheningan dalam memperingatinya. Keheningan untuk menumbuhkan kesadaran bertaubat.
Tidak mungkin kesadaran taubat tumbuh dalam diri, tanpa introspeksi merenungkan apa yang telah dilakukan dalam kurun waktu setahun yang telah berlalu. Dalam keheningan malam tahun baru Islam, selayaknya kita mengevaluasi diri, mengingat-ingat dosa apa, kemaksiatan apa yang pernah kita lakukan. Semoga dengan begitu, ada tetes air mata sambil berkata,” Wahai Tuhanku, aku tenggelam dalam dosa dan kemaksiatan. Lepaskan beban dosa dari pundakku. Wahai Dzat yang mengampuni orang yang tergelincir. Ikatlah anggota tubuhku agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang diharamkan oleh-Mu. Berilah kemampuan untuk mengisi hari demi hari di tahun ini dengan kebaikan dan dijauhkan dari hal-hal yang buruk.”
Selamat Tahun Baru 1447 H. Semoga kita bisa berhijrah agar lebih dekat dengan Allah SWT. Dan Semoga Allah memberi lebih dari apa yang kita harap.
**Penulis dan Komisaris di BUMD Kabupaten Bandung